If you make someone happy today, you also make him happy twenty years from now, when he remembered the incident.

membenahi pikiran.. menjaga perasaan.. menikmati masa depan

menulis itu menumpahkan segala bentuk rasa.. <3 <3


Jumat, 09 Desember 2011

Ada yang perlu di luruskan antara ‘kita’


Pernah ‘kita’ di sudutkan oleh sebuah peristiwa yang sepatutnya peristiwa itu tidak pernah terjadi. Kita hanya berdiam diri tanpa kata dengan ukuran waktu yang relatif lama. Menyendiri dan terpaku saling berpunggungan. Bahkan ketika kita bertemu kita hanya terdiam dan berjalan berlawanan arah. Menuju kutub yang salah. Penyesalan merobek hati.

Kamu tahu? Saat itu aku ingin menangis, bukan aku tak bisa menangis. Hanya aku tak ingin dikatakan wanita lemah.

Hanya karna ‘kita’ yang salah dalam sudut penilaian tertentu. Patut di sesalkan karna tidak semua yang ‘kita’ anggap konflik selalu melulu itu. Bukankah cemburu adalah bumbu cinta yang sedap ketika rindu sedang menggebu. Namun bagiku cemburu itu bagai cuka. Asam dan mampu mengobarkan api cinta yang terpendam terlalu dalam itu.

Lalu bagaimana bisa kita membiarkan arah perjalanan kita selalu berpunggungan dan berjalan melewati arah yang benar? Apa kita akan selalu membiarkan hal yang seperti itu selalu terjadi. Tidakkah sebuah kesalah pahaman harus di luruskan dan segala kesalahan harus di jelaskan? Apakah tidak muncul kejenuhan dalam bersikap egois itu muncul?

Menjadi sosok yang sempurna tanpa kesalahan itu nihil. Tapi berusaha menjadi yang terbaik tidaklah salah dalam suatu konsep kehidupan tertentu.

Pernahkah kamu sadar, masalah-masalah kita itu tidak melulu itu dan itu. Masih banyak perjalanan di depan mata yang akan memaksa kita untuk tetap bergandengan tangan dan mengharuskan  kita melangkah dengan pasti atau kita berjalan sendiri-sendiri untuk pergi mencari diri kita yang terbang dalam diri kita msing-masing?

Masih banyak sekali yang perlu kita luruskan disini. Tentang kejenuhan. Tantang kebersamaan. Tentang kesalahpahaman. Tentang kita. Hanya tentang kita.
Masih terlalu banyak yang perlu kita benahi. Mari bantu aku membereskannya. Karna kamu harus siap dengan kerusakan-kerusakannya, lalu membantu saya memperbaiki nya. Itu konsep dasar tentang ‘KITA’

Aku+Kamu = Kita


Pernahkah kamu tahu apa yang membuat aku terkesan ketika aku mengenal sosok seperti kamu? Yaitu keramah tamahan. Kelembutan hati dan kesederhanaan.
Semua berawal dari ketidak sengajaan ‘Kita’ bertemu pada sebuah acara formal yang mengharuskan kita berinteraksi. Awalnya semua biasa saja. Tidak ada rasa yang special dan istimewa dalam ruang lingkupnya. Kadang aku memperhatikan kamu dari balik dunia maya yang tak tersentuh dan tak terjamah. Sikapku tak lebih, hanya rasa kekaguman biasa yang tak harus memunculkan alasan dan tanda tanya.

Tapi sejak itu semua berubah, hanya dengan satu sapaan dari sebuah makhluk yang bernama ‘facebook’ itu, kamu dan aku tiba-tiba menjadi dekat. Seberapa kuatkah kata ‘HALO’ itu? 1 kata 4 huruf. Tapi bisa mendekatkan aku dan kamu dalam ruang lingkup yang sempurna bernama ‘cinta’.
Lalu timbul sebuah pertanyaan, ‘kenapa harus kamu? Kenapa bukan yang lain saja?’

Membayangkan segala sesuatunya secepat kilat, membuat aku bertanya, akankah keseriusan menjalar dalam suatu komitmen kebersamaan? Sedangkan jarak yang jauh memaksa kita untuk berdiam diri dan menunggu. Belum lagi hambatan bisikan kebisingan suara yang parau dari makhluk-makhluk yang bernama ‘fans’ itu, membuat timbul pertanyaan yang senantiasa berkembang dan terus berkembang. Hingga akhirnya, komitmenpun kita tumpah ruahkan.

Menjalani hari dengan kesenangan canda dan tawa adalah sesuatu yang teramat sangat menjenuhkan. Apa kamu pernah menghitung seberapa banyak kita menghadapi mahluk yang bernama ‘rintangan’ itu? Seberapa lama waktu yang kita tempuh untuk memahami diri kita masing-masing? Dan seberapa pantaskah kita sebut sebuah ‘cinta’ mendalami arti ‘kita’ dalam ruang lingkupnya?

 ‘kita’ adalah sesuatu yang teramat sangat sederhana. Karna ‘kita’ memberikan arti pada dunia bahwa ternyata tidak semua yang dunia lukiskan tentang ‘kita’ adalah benar. ‘kita’ adalah sesuatu yang indah melebihi indahnya pelangi ketika hujan berlalu, ‘kita’ adalah sesuatu yang wangi melebihi wewangian bunga kasturi, ‘kita’ adalah suatu yang sejuk melebihi sejuknya embun dipagi hari, dan ‘kita’ adalah sesuatu yang sangat hangat melebihi hangatnya mentari di waktu duha. Tapi tidak selamanya ‘kita’ seperti itu, terkadang ‘kita’ bisa menjadi sesuatu yang jahat melebihi jahatnya seorang pembunuh. ‘kita’ bisa menjadi sesuatu yang sangat ganas melebihi ganasnya sang raja hutan. ‘kita’ bisa menjadi sangat garang melebihi garangnya petir ketika badai. ‘kita’ bisa menjadi sangat cacad melebihi pohon yang tumbang.

Semua kembali pada komitmen, pembelajaran tentang bagaimana artinya memahami sosok satu dengan sosok yang lainnya. 

Belajar mengerti tentang artinya ada dan tiadanya. Belajar memaklumi tentang artinya bertindak dan menyalahkan. Semua harus satu dalam kadar komposisi yang tepat untuk memaniskan suatu komitmen yang ‘kita’ sebut ‘cinta’.

Kemudian kita bertemu dalam kehidupan yang menitik beratkan pertimbangan-pertimbangan untuk melangkah pantas dan ketidak pantasan kita dalam bertindak. Problematika selalu menjadi buah bibir yang sangat manis bagi mereka-mereka yang selalu mengharapkan kita kandas dan memupuk semua asa menjadi humus kehidupan. Namun ‘kita’ tidak semudah itu di hancurkan. Tidak semudah itu di patahkan. Dan tidak semua itu di leburkan.

Sering aku bertanya, kapan aku mulai cemburu padamu. Bahwa sosok cerdas dan wajah tampanmu menarik, ya tapi sungguh aneh memikirkan bagaimana bisa perasaan cemburu itu menjajahku, bahkan sering membelenggu begitu kuat.

Bukankah kita bermula dari dua sosok yang tidak saling mengenal? Tapi waktu yang berjalan, melesatkan perasaan dan pikiranku dan tahukah kau? Semakin aku berfikir, semakin aku sadar. Pada detik pertama aku cemburu padamu, saat itu pula ‘aku jatuh cinta’ padamu.

Hal yang konyol memang ketika aku dan kamu adalah berasal dari dua sosok yang berbeda. Lalu mengapa semua berjalan searah hembusan nafas pengharapan yang semu.?

Dan akhirnya, Cinta bukanlah tentang ‘seberapa indahnya awal’ tapi bagaimana kita mempertahankan keindahan itu sampai akhir.